Yang saat ini aku rasakan, berada di bukit tinggi dengan di hiasai daun-daun menguning yang berguguran di sore hari.Aku terduduk di tepi sungai yang didampingi seekor kucing manis tertidur di pangkuan ku. Aku membelai bulu-bulu halus yang menyelimuti tubuh kucing manis ini.Sunyi,tenang, dan damai itu semua yang kurasakan.Namun di kejauhan, angin kencang mendekati ku.Aku takut, bulu kuduk ini berdiri dan kucing manis itu meloncat dari pangkuanku.Semakin dekat angin itu dengan ku, semakin gelap juga pandanganku kedepan sana.
“Ohms…ternyata itu Cuma mimpi”, Tanpa aku renungi arti mimpi itu terlebih dahulu aku beranjak dari ranjang menuju kaca besar yg menempel di lemari. ”Masih cantik”, denga PDnya aku berkata seperti itu. Langkah kaki ini membimbingku Keluar kamar dengan membawa handuk, sebenarnya aku ingin lekas mandi namun badan ini membawaku kedapur karena lapar.”Dik, kemarin lusa kak Iwan kesini ngasih boneka ini buat kamu.Dia juga bilang semoga cepet sembuh”setelah berkata seperti itu dengan merangkul boneka berbentuk hati, Kak Jeje yang tiba-tiba saja datang menghampiri lalu mengelus-elus rambutku yang tersusun rapi.Tanpa ku sadari bahwa 2hari yang lalu aku pinsan di sekolah dan baru sekarang aku sadar bahwa aku sedang jatuh sakit.Dengan ekspresi terkejut setelah mendengar kak Jeje berkata seperti itu, perut ku mual sekali dan kepala ini sakit bagaikan di pukul balok kayu seberat 4kg.Tangan ini menggenggam erat, menangis kesakitan,dan tak tau kenapa mata ini menutup rapat.Hitam pekat tanpa penerangan tapi saat itu masih ku dengar seseorang memanggil nama ku meski samar-samar di telinga ini.”adik…”, teriak kak Jeje dengan lantang, jarak 2meter dari ku dengan gugup.
Ku lihat di seberang sana sesosok gadis kecil menangis tepat di atas batu nisan bertuliskan nama “Chantika Dibrina”.Jelas sekali jantung ini berdegup kencang, tubuh ku basah karena keringat yang mengalir tidak henti-hentinya.Aku bertanya pada diriku sendiri kenapa nama ku yang ada di batu nisan itu?
Serasa tubuh ini melemas tak berdaya, namun semua orang menghampiri gadis kecil itu dan mengelus punggungnya.Bahkan, mama dan papa turut hadir dan membawa boneka pemberian Kak Iwan. Aku mencoba meraih tubuh mama dari dekat namun tidak bisa, ku coba sekali lagi tetap saja tidak bisa.Karena kesal aku berteriak sekencang mungkin “Mama, ini Chaca…”.Terbangun aku dari sebuah mimpi buruk yang membebani otak ini dengan keadaan bermandikan keringat.
Namun,setelah aku terbangun pelukan hangat mendarat di tubuh ku.Mama memeluk erat tubuh ini dengan bercucurkan air mata.Ku lihat di sekujur tubuh ku terpasang selang-selang kecil yang berhubungan.”Mama, kepala chaca sakit”, rintihku.”Iya sayang, sabar.Chaca makan dulu ya, disuapin mama”, sambil mengusap air matanya, mama mencoba menenangkan ku.”gak mau, ma.Chaca sebenarnya sakit apa?kenapa Chaca di rumah sakit?kata mama 1 bulan yang lalu Chaca Cuma tipes.kenapa kambuh lagi?” beberapa pertanyaan terlintas dari bibir ku.Mama hanya diam membisu, sepatah kata “iya atau tidak” tidak terucap hanya tangis yang menjawab pertanyaanku.”Mama kenapa diam?ayo jawab Chaca!”.Sekali lagi mama tidak menjawab.
Aku Bingung kenapa semua orang jahat sekali.Mama, Kak Jeje bahkan Kak Iwan sama sekali tidak mau memberitahu kepadaku, apa aku harus bertanya kepada Tuhan?
Tuhan Chaca bingung, kenapa dengan Chaca?
Apa yang Chaca rasakan ini akan buat mereka semua bersedih?
Dimana Chaca harus bertanya lagi?
Tunjukan Chaca Kekuasaa-Mu
Sore ini Kak Iwan yang menjaga Chaca, Kak Iwan tampak perhatian sekali kepada ku.”Cha, kakak punya cerita lucu, mau tau gak?” Mencoba menghiburku.”Apa?” jawabku dengan lemas.”Ada seekor burung terbang cepat sekali, siang malam burung itu tetap saja terbang bagaikan angin topan.kamu tau gak kenapa dia terbang sekencang itu?”, Tanya Kak Iwan.”Gak kak?”jawab ku.”Karena, Burung itu kebelet pipis, dia nyari toilet umum,hahahah”, Gembiranya Kakak ku ini hingga membuat ku tersenyum.Meski senyumanku ini bukan karena leluconnya yang basih, tapi wajahnya yangmenggemaskan itu yang membuatku tersenyum.”Lucu kan, Cha?” Ujarnya lagi.”Eh…iya lucu kak”, jawabku terbata-bata, Padahal sama sekali tidak ada lucunya.”Kak, kalau Chaca sembuh kakak harus janji mengajak Chaca bersepeda di Puncak dan kita melemparbatu di sungai seperti dulu lagi ya?” Pintaku kepadanya.Tiba-tiba setetes air mata jatuh di pipinya, Aku mengusapnya dan berkata “Kakak kenapa?”.”Gak Cha, kakak senang sekali Chaca bisa mengajak kakak bermain. Kakak janji sama Chaca kita akan main lagi, sekarang Chaca istirahat ya?” sambil menyelimutkan selimut ketubuhku.
3minggu berlalu, keadaanku semakin memburuk hingga aku tidak sadarkan diri selama dua hari.”maaf bu, anak ibu keadaannya sangat memprihatinkan.sekarang dia mengalami masa kritisnya. Kita sama-sama berdoa saja , semoga ada jalan yang terbaik buat Chaca” Ujar dokter yang menanganiku.Mama hanya menangis di samping tubuhku yang tidak berdaya.Setelah 1jam yang lalu dokter meninggalkan ruanganku, tubuhku mengejang, detak jantungku kencang sekali hingga membuat mama panic.Setelah aku tidak berdaya lagi, Dokter dan suster datang terlambat.Dokter memastikan denyut nadi ku yang sudah berhenti,tiba-tiba ruangan itu tampak sungi sekali.”maaf bu, saya mengucapkan banyak-banyak minta maaf, kami semua turut berduka cita”.
Mama, kak Jeje dan kak Iwan menangis atas kepergiaan ku.”Chaca, maafkan mama.Maafkan mama yang tidak memberitahumu.Mama menyesal,nak. Chaca Cuma sakit kepala, bukan kanker otak.jadi Chaca harus bangun buat mama.mama mohon”, itulah kalimat terakhir yang ku dengar di surga nanti.
2 hari kepergianku berlalu, tidak ku sdari sebelumnya Kak Iwan mengabulkan permintaanku.Kak Iwan sedang memejamkan matanya di bawah pohon dekat sungai.Setetes air matanya jatuh di pipi, “Cha, kakak rindu sekali.kakak inget kalau kakak masih berutang sesuatu kepada mu, kakak gak pernah mengingkari janji kakak”.Dia membuka matanya dan mencoba mencari sesuatu yang tersimpan disakunya.”Cha, ini batu akan kakak lempar di sungai ini karena dasar doa dan harapan kakak ke kamu di surga.Kamu harus lihat ini, Cha”teriaknya.Dengan mengambil persiapan Kak Iwan lalu melempar batu itu sekencang mungkin.”Chaca, ini bukti kakak sayang sama kamu.kakak begini Karena Aku Sayang Kamu”,teriaknya sekali lagi.
Indah sekali kalimat terakhir yang di ucapkan kak Iwan, Karena rasa sayang seseorang itu tidak bisa dibeli dan tidak gampang dihancurkan.
SELESAI.